7 Fase dalam Pernikahan dari Sudut Pandang Psikologi Fase dalam Pernikahan dari Sudut Pandang Psikologi

Fase dalam Pernikahan dari Sudut Pandang Psikologi
POKER PELANGI honeymoon adalah awal kehidupan pernikahan yang penuh kebahagiaan dan keromantisan, namun juga berisiko tinggi terhadap penyesuaian diri.

merupakan fase di mana pasangan kembali pada kenyataan dan mulai menyadari kekurangan pasangannya serta mengalami risiko perceraian tinggi.

tumbuh bersama, dan krisis paruh baya adalah tahapan penting dalam kehidupan pernikahan yang membutuhkan adaptasi dan komitmen yang kuat dari kedua belah pihak.

Upacara pernikahan merupakan sebuah acara keluarga yang istimewa. Namun, seperti yang sudah kita dengar, kehidupan pernikahan memiliki tantangan tersendiri.

Tidak jauh berbeda dari bayi yang melewati tahap tumbuh kembang, kehidupan pernikahan pun ada fasenya. Orangtua yang memahami proses tumbuh kembang anak akan lebih kritis dalam merawat dan mendidik anak, sehingga anak tersebut berkembang sesuai dengan jalur.https://geo.dailymotion.com/player/xdgu3.html?video=x85csv5&actionInfo=false&mute=true&dmPubtool=new-cdn-ce-v2

Nah, tidak ada salahnya bagi kita untuk mempelajari fase-fase pernikahan agar kita lebih siap saat melaluinya. Seperti apa sajakah fase tersebut? Simak ulasannya berikut ini.

1. Fase honeymoon

7 Fase dalam Pernikahan dari Sudut Pandang Psikologi

Fase honeymoon biasanya terjadi pada awal kehidupan pernikahan.

Merujuk sumber yang sama, aktivitas seksual juga tinggi dalam fase ini. Baik suami maupun istri sama-sama berusaha untuk menunjukkan karakter terbaik kepada pasangannya.

2. Fase penyesuaian

7 Fase dalam Pernikahan dari Sudut Pandang Psikologi

Beberapa saat setelah menikah, pasangan akan memasuki fase penyesuaian. Contohnya pekerjaan rumah tangga dan anak-anak.

Pasangan mulai menyadari dan merasakan kehidupan pernikahan yang sesungguhnya dalam fase ini. Selain itu, mereka mulai melihat kekurangan pasangannya, termasuk mendapati pasangan mempunyai perilaku yang tidak baik atau abusive.

  • Membuat prioritas seperti mengatur keuangan, pekerjaan rumah tangga, dan waktu luang untuk diri sendiri.
  • Belajar bagaimana mengatasi konflik tanpa saling menyalahkan.
  • Membaca buku mengenai kehidupan rumah tangga dan konsultasi dengan psikolog.
  • Mempunyai atau membentuk ekspektasi yang realistis.
  • Selalu mengingat bahwa kita dapat membantu pasangan untuk berkembang menjadi individu yang baik tanpa mengubah jati diri pasangan.

Pasangan yang mengalami kesulitan dalam fase penyesuaian sebaiknya berkonsultasi dengan psikolog atau konselor keluarga.

3. Fase mempertahankan posisi/pengaruh

7 Fase dalam Pernikahan dari Sudut Pandang Psikologi

Fase ketiga dalam kehidupan pernikahan adalah fase mempertahankan posisi atau power struggle, karena kedua belah pihak bersikukuh pada prinsip masing-masing.

Laman Everyday Health menyebutkan bahwa risiko perceraian tinggi pada tahap ini. Biasanya usia pernikahan baru berjalan antara 3 hingga 5 tahun.

Sebuah artikel berjudul “Time, Sex, and Money” yang terbit dalam America Magazine tahun 2001 menjelaskan bahwa ada tiga penyebab utama yang menyebabkan angka perceraian tinggi pada usia pernikahan yang kurang dari 5 tahun, yaitu:

  • Waktu: Pasangan mengalami kesulitan dalam membagi waktu antara rumah tangga dan karier.
  • Hubungan seksual: Pasangan mengalami kesulitan dalam memahami kebutuhan seksual antara satu sama lain.
  • Keuangan: Pengangguran, utang, dan kondisi finansial merupakan masalah terbesar dalam kehidupan berumah tangga.

Universitas ini juga bekerja sama dengan tiga lembaga, yaitu The Secretariat for Family, Laity, Women and Youth of the United States Catholic Conference; The National Association of Family Life Ministers; dan Catholic Engaged Encounter.

4. Fase reevaluasi

7 Fase dalam Pernikahan dari Sudut Pandang Psikologi

Fase reevaluasi atau reassessment terjadi pada pasangan yang telah menikah selama 10 tahun. Baik suami maupun istri sudah mengetahui sisi positif dan negatif dari pasangan.

Pasangan juga dapat menyesuaikan diri antara satu sama lain dan bersikap lebih dewasa, terutama bila ada anak dalam keluarga. Dalam fase ini, pasangan juga memiliki mentor yang dapat membantu mereka dalam menjalani kehidupan pernikahan dan berkeluarga.

5. Fase tumbuh dan berkembang bersama

7 Fase dalam Pernikahan dari Sudut Pandang Psikologi

Pasangan suami istri yang telah menikah 10 hingga 20 tahun berada pada fase tumbuh dan berkembang bersama. Anak-anak yang hadir dalam keluarga ini biasanya sudah berusia dewasa.

Mengutip laman St. Luke’s Penn Foundation, dalam tahap ini pasangan memiliki lebih banyak waktu untuk saling memperhatikan. Mereka juga melihat suami atau istri sebagai kekasih atau teman.

6. Fase krisis paruh baya

7 Fase dalam Pernikahan dari Sudut Pandang Psikologi

Contohnya adalah gangguan kesehatan, kematian, kehilangan pekerjaan, masalah keuangan, dan pindah rumah atau kota.

Kualitas hubungan dalam fase krisis paruh baya bisa menjadi kuat, atau sebaliknya, menjadi tambahan beban.

7. Fase penyelesaian

7 Fase dalam Pernikahan dari Sudut Pandang Psikologi

Karakteristik utama dari fase penyelesaian adalah baik suami maupun istri benar-benar menikmati setiap waktu yang dilalui bersama. Mereka juga selalu menantikan aktivitas lain yang akan dilakukan bersama.

Dilansir St. Luke’s Penn Foundation, Dr. Rita DeMaria yang merupakan pengarang buku The Seven Stages of Marriage, menjelaskan bahwa untuk dapat sampai di tahap ini, pasangan perlu mengetahui bagaimana cara menyenangkan pasangan dan menikmati hidup. Contohnya seperti bercanda dan/atau menjadi sahabat dan pendengar yang baik untuk pasangannya. Lewat cara ini, secara tidak langsung kita membuat pasangan merasa dirinya masih terlihat menarik di mata kita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *