POKER PELANGI – Terlalu Bahagia atau Sedih, Pernahkah kamu tiba-tiba merasa bahagia atau mendadak sangat sedih, atau bahkan keduanya? Ini bisa menjadi tanda adanya gangguan suasana hati atau mood disorder. Memang perubahan mood itu umum terjadi.
Terlalu Bahagia atau Sedih, 6 Fakta Menarik
Melansir Cleveland Clinic, gangguan mood adalah masalah kesehatan mental yang terutama memengaruhi keadaan emosi seseorang. Penderitanya bisa mengalami kebahagiaan maupun kesedihan ekstrem, ataupun keduanya dalam waktu lama.
Selain itu, gangguan mood dapat menyebabkan perubahan pada perilaku dan dapat memengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan rutinitasnya seperti bekerja atau sekolah.
Terlalu Bahagia atau Sedih, 6 Fakta Menarik
Mari ketahui lebih lanjut mengenai fakta-fakta menarik gangguan mood dari beberapa studi kasus yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah.
1. Kualitas diet saat masa muda tidak dikaitkan secara longitudinal dengan hasil gangguan mood 25 tahun kemudian

Wilson dkk., telah melakukan riset mengenai hubungan kualitas diet remaja dan bahaya mood disorder di masa remaja dan dewasa di Australia.
Jadinya, mereka melakukan riset tentang kualitas diet pada masa remaja dan menghubungkannya dengan onset gangguan mood selama periode tindak lanjut selama 25 tahun.
Terlalu Bahagia atau Sedih, 6 Fakta Menarik
Namun, hasil riset ternyata tidak mendukung hipotesis mereka.
Terlalu Bahagia atau Sedih, 6 Fakta Menarik
Di samping itu, berdasarkan plot Kaplan-Meier dan hasil dengan skor ketiga memang tampak menunjukkan bahwa mereka yang memiliki skor Dietary Guideline Index (DGI) terendah (<38,8), yang dapat mengindikasikan defisiensi nutrisi, memiliki risiko gangguan mood yang lebih tinggi selama periode tindak lanjut 25 tahun. Namun, perbedaan ini tidak signifikan.
Mungkin juga skor diet keseluruhan dari ukuran diet satu hari tidak cukup bernuansa untuk menunjukkan prediksi defisiensi nutrisi dalam hasil neurologis jangka panjang, atau bahwa perubahan pola makan selama masa tindak lanjut 25 tahun dan pola makan orang dewasa selanjutnya mungkin telah mengurangi risiko apa pun.
Pada akhirnya, tim peneliti menyimpulkan bahwa kualitas diet di masa muda tidak berkaitan secara longitudinal dengan gangguan mood 25 tahun kemudian.
2. Ketahanan sebagian memediasi hubungan trauma masa kanak-kanak dengan gangguan mood dan tingkat keparahan depresi

Vieira dkk., telah melakukan studi terkait efek mediasi ketahanan pada hubungan antara trauma masa kanak-kanak dan gangguan mood, serta tingkat keparahan gejala depresi dalam sampel berbasis populasi dewasa muda.
Partisipan tersebut memiliki gangguan bipolar, gangguan depresi mayor (MDD), dan populasi kontrol tanda gangguan mood.
Terlalu Bahagia atau Sedih, 6 Fakta Menarik
Hasil studi menunjukkan bahwa ketahanan sebagian memediasi hubungan trauma masa kanak-kanak dengan gangguan mood dan tingkat keparahan depresi. Temuan ini mendukung asumsi klinis bahwa subjek yang tangguh mungkin sebagian terlindungi dari efek jangka panjang yang merugikan dari trauma masa kanak-kanak. Selain itu, studi ini memberi informasi penting mengenai hubungan antara trauma masa kanak-kanak, ketahanan, dan gangguan mood.
Kelompok gangguan mood melaporkan skor Childhood Trauma Questionnaire
(CTQ) total yang lebih tinggi daripada mereka yang tidak memenuhi kriteria untuk MDD dan bipolar dalam sampel. Meskipun semua subtipe trauma masa kanak-kanak lebih tinggi pada kedua kelompok, pelecehan emosional dan fisik adalah satu-satunya subtipe trauma yang membedakan gangguan bipolar dari MDD. (2019) dan Jansen dkk. (2016).
Selain itu, sebuah metaanalisis sebelumnya oleh PalmierClaus dkk. (2016) secara khusus melaporkan efek yang terkait dengan dampak subtipe trauma pada gangguan mood. Hasil penelitian menunjukkan efek yang signifikan dari semua subtipe kesulitan masa kanak-kanak, terutama untuk kekerasan emosional dan fisik, yang menunjukkan efek paling kuat pada gangguan bipolar daripada depresi. Perbandingan skor untuk berbagai bentuk kesulitan mungkin membantu untuk menjelaskan apakah subtipe kesulitan tertentu lebih terkait erat dengan gejala bipolar.
Tinjauan sistematis lain termasuk studi longitudinal oleh Marangoni dkk. (2016) tidak menyisakan keraguan bahwa orang yang mengalami kesulitan masa kanak-kanak sebelum usia 5 tahun memiliki risiko gangguan kejiwaan yang meningkat secara substansial pada kehidupan dewasa awal.
Terlalu Bahagia atau Sedih, 6 Fakta Menarik
Studi mereka mengungkapkan bahwa jalur dari trauma masa kanak-kanak hingga gangguan mood melewati ketahanan, yang sesuai dengan peran mediasi faktor ini dalam hubungan antara peristiwa kehidupan traumatis dan gangguan mood.
Sebuah studi baru-baru ini oleh Schulz dkk. (2014) dan Wingo dkk. (2010) menunjukkan bahwa ketahanan bisa menjadi faktor pelindung terhadap perkembangan MDD pasien dengan pengalaman trauma masa kanak-kanak.
Temuan ini konsisten dengan pendapat Bonanno (2004), bahwa ketahanan tidak hanya merupakan pemulihan tetapi juga pertumbuhan dan penguatan dari kesulitan. Jadi, individu yang pernah mengalami beberapa kesulitan di lingkungan rumah mereka dan yang telah mengatasinya secara efektif, mungkin telah mengalami pertumbuhan pribadi tambahan, mendukung pengembangan ketahanan.
3. Penggunaan terapi mikronutrien dan asam amino yang ditargetkan, bersama dengan diet rendah glikemik, menghasilkan perbaikan yang nyata pada gejala gangguan mood

Ross dkk., telah mendemonstrasikan inovasi terapi untuk gangguan mood pada perempuan Kaukasia usia 26 tahun yang mengalami kecemasan, depresi, gangguan tidur, mengidam karbohidrat, dan energi rendah. Perempuan ini terdiagnosis gangguan stres pascatrauma (PTSD), depresi, bipolar tipe 2, dan kecemasan umum.
Dengan keberhasilan yang moderat dengan terapi lain, pasien mencari konseling nutrisi.
Neurotransmiter butuh asam amino untuk disintesis dan nutrisi dengan asam amino cenderung memainkan peran penting dalam pengelolaan gangguan mood.
Terlalu Bahagia atau Sedih, 6 Fakta Menarik
Protein hewani menyediakan semua asam amino esensial, sedangkan protein nabati lebih rendah, hanya menyediakan 1 atau 2 asam amino esensial. Penelitian oleh Sathyanarayana dkk. (2008) telah menunjukkan penggunaan triptofan, tirosin, fenilalanin, dan metionin untuk pengobatan gangguan mood.
Misalnya, triptofan membutuhkan zat besi untuk diubah menjadi 5HTP, 5HTP membutuhkan folat, magnesium, vitamin B6, vitamin B12 dan vitamin B3 untuk diubah menjadi serotonin. Triptofan adalah prekursor serotonin dan melatonin. Ini menunjukkan mengapa pendekatan integratif dapat bermanfaat untuk pengobatan gangguan mood.
L-fenilalanin adalah prekursor tirosin dan katekolamin. Studi yang menggunakan tirosin untuk depresi terbatas dan ukuran sampelnya kecil.
Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa DLPA dapat mengurangi gejala depresi hanya dalam 15 hari. Selain itu, dosis 500 mg sebanyak dua kali sehari, dengan peningkatan 500 mg, sesuai kebutuhan untuk meredakan gejala, menghasilkan pemulihan lengkap atau sebagian dari depresi unipolar dan bipolar pada 31 dari 40 peserta.
Triptofan adalah prekursor serotonin dan melatonin. Konsumsi makanan yang kaya akan triptofan terbukti dapat mengurangi depresi dan kecemasan.
Theanine telah terbukti meningkatkan produksi serotonin, dopamin, dan GABA.
Awal yang tertunda memberinya kesempatan untuk mendapat terapi asam amino dan nutrisi pendukung sebelum menambahkan dan mendapatkan manfaat lebih lanjut dari lithium orotate.
4. Kekerasan pada masa kanak-kanak (childhood abuse) dan kekerasan pasangan intim (intimate partner violence) memiliki efek tambahan yang dapat menyebabkan ekspresi gangguan mental yang parah seperti mood disorder

Begitu pula dengan studi empiris oleh Hosang dkk. (2018) yang mengeksplorasi trauma masa kanak-kanak pada gangguan bipolar telah menunjukkan hubungan dengan trauma masa kanak-kanak.
Temuan ini mirip dengan beberapa penelitian yang melihat efek dari jenis trauma tertentu, di antaranya oleh Álvarez dkk. (2011) dan Etain dkk. (2010) melaporkan bahwa hanya pelecehan emosional yang memiliki efek dosis sugestif dengan gangguan bipolar. Kedua kelompok sebanding dalam kejadian pelecehan fisik dan seksual pada masa kanak-kanak.
Namun, juga ada temuan penelitian yang berbeda oleh Chartier dkk. (2007), yang menunjukkan kejadian hampir dua kali lebih banyak untuk pelecehan fisik dan seksual pada perempuan dengan penyakit mental yang parah dibanding perempuan dari populasi umum.
Reddy dkk. (2020) juga menemukan insiden yang lebih tinggi secara signifikan serta tingkat keparahan IPV yang lebih tinggi di antara perempuan dengan gangguan mood, yaitu penyalahgunaan gabungan yang parah (gangguan mood-29,1 persen, perempuan sehat-18,1 persen), pelecehan emosional (gangguan mood-37,5 persen, perempuan sehat-27,8 persen) dan pelecehan fisik (gangguan mood-47,8 persen, perempuan sehat-41,8 persen). (2009) dan Nathanson dkk. (2012).
Pelecehan fisik dan emosional muncul sebagai prediktor untuk semua bentuk IPV juga.
5. Mayoritas pasien dengan gangguan spektrum autisme mengalami gangguan mood yang terjadi bersamaan

Dengan demikian, 96,6 persen pasien dengan ASD memiliki gangguan kejiwaan primer saat masuk, dan gangguan yang paling umum adalah gangguan mood.
(2012), menunjukkan tingkat penerimaan kembali yang lebih tinggi dan lama tinggal remaja dengan autisme di unit psikiatri juga. POKER PELANGI
BACA JUGA : Jenis Tempe Bergizi Yang Bukan Dari Kedelai
POPULER
KESEHATAN
Ketiak Kamu Hitam? Obati Dengan Cara Ini!
BERITA UNIK
Daftarkan Domba Miliknya ke Sekolah Dasar
BERITA UNIK
4 Makanan Unik Dan Viral Di Jepang
BERITA UNIK
lelaki Ini Minum Air Lewat Hidung dan Keluar Dari Mata
KESEHATAN
6 Manfaat Dari Rutin Mengonsumsi Lengkuas
BERITA UNIK
10 Minuman Beralkohol Termahal Di Dunia
ADUQ
Ini 6 Alasan Kamu Perlu Terjun ke Ranah Podcast
KESEHATAN
Diet Sehat Untuk Menurunkan Berat Badan
BERITA UNIK
Ini Asal Usul Martabak Di Indonesia
BERITA UNIK
Pekerjaan Unik yang Bergaji Besar, Salah Satunya Pengumpul Urin Rusa
INFO WITHDRAW
Kemenangan Yang Besar Hanya Di POKERPELANGI
TIPS & TRICKS
Diet Air Putih Ini Jadi Viral
BERITA UNIK
Di Negara ini Bisa Beli Istri