Seni Berdamai Dengan Ketidaksempurnaan Dari Keramik Pecah Bernama Kintsugi

Seni Berdamai Dengan Ketidaksempurnaan Dari Keramik Pecah Bernama Kintsugi – PokerPelangiLounge – Hampir semua orang menginginkan seluruh aspek dalam hidupnya berjalan sempurna sesuai keinginan. Fisik yang segar dan bugar, keuangan yang stabil, keluarga yang bahagia, kesempatan untuk menjalani hobi dan liburan, status sosial yang tinggi di masyarakat, pekerjaan yang berarti, dan sebagainya.

Namun, pernahkah kita berpikir bahwa mendapat secara sekaligus segala kesempurnaan itu tidaklah mungkin? Pernahkah kita berpikir bahwa jikapun kita sempat “menyicipi” kesempurnaan hidup tersebut, itu tidak akan bertahan lama? Bahwa ibarat sebuah mangkok yang utuh, kehidupan akan membuat mangkok itu pecah? 

Kenyataanya hidup memang tidak seindah bayangan kita. Kesempurnaan hidup ibarat ilusi, setiap tindakan, keputusan, dan sikap kita di penuhi ketidaksempurnaan.

Lantas pendekatan apa yang harus kita lakukan dalam menjalani hidup yang fana, tidak sempurna, dan kadang tidak adil ini? Jawabannya bisa kita refleksikan dari KINTSUGI.

KINTSUGI

Merupakan seni kuno yang di temukan pada abad ke-15 di Jepang. Kata KIN berasal dari bahasa Jepang yang berarti emas, kata TSUGI berasal dari bahasa Jepang yang berarti bergabung. Kintsugi berarti bergabung dengan emas.

Pecahan dari obyek pertama-tama di susun satu persatu, di bersihkan, kemudian direkatkan satu sama lain. Retakan yang terlihat kemudian di lapisi pernis lalu di taburi dengan emas secara hati-hati. Retakan berlapis emas itu kemudian di bakar untuk bisa memperlihatkan kecemerlangannya.

SEJARAH

Kintsugi pertama di ceritakan dibuat saat “chawan” favorit milik Shogun Ashikaga Yoshimasa (1435-1490) yang digunakan saat upacara teh pecah. Dia kemudian mengirimkannya ke China darimana “chawan” itu berasal untuk diperbaiki. Namun, dia sangat kecewa dengan hasil perbaikannya.

Setelah berbulan-bulan, “chawan” itu kembali dengan sambungan metal yang sangat buruk, membuat “chawan” favoritnya menjadi cacat dan tidak dapat menampung air dengan baik. Ia kemudian meminta pengrajinnya untuk menemukan teknik yang lebih fungsional dan indah, sehingga terciptalah seni kintsugi.

REFLEKSI

Pada kintsugi, ketidaksempurnaan dalam bentuk retakan tidak serta merta di tutup-tutupi dan di hilangkan. Retakan tersebut justru di tonjolkan dengan lining dari bubuk emas. Dengan di lapisi bubuk emas, retakan atau dalam konteks ini ketidaksempurnaan tersebut justru terlihat lebih indah dan kuat, the beauty in what was once broken.

Lining dari emas tersebut melambangkan filosofi tersendiri bahwa ketidaksempurnaan ada dan tidak serta merta harus di kutuk. Segala ketidaksempurnaan dalam diri yang telah kita lalui mestinya kita hargai dan sikapi dengan bijak. Terserah pada kita apakah akan melapisi luka ketidaksempurnaan itu dengan emas agar menjadi indah atau mengutuk dan menutup-nutupinya.

Bahkan, berbanggalah dengan ketidaksempurnaan itu, karena ketidaksempurnaan  dalam diri itulah proses yang membuat dirimu indah dan menjadi orang yang lebih baik lagi. Luka ketidaksempurnaan itu merupakan lambang perjuangan yang harusnya dengan senang hati kita kenakan yang menunjukkan bahwa kita telah sampai di titik ini dengan menghadapi apapun yang coba diajarkan kehidupan.

Kintsugi membantu kita berefleksi untuk berdamai dengan ketidaksempurnaan dan menjadikannya sesuatu yang berharga dan indah. Terkadang butuh menjadi “patah” untuk mencapai level kehidupan yang lebih baik dan versi diri yang lebih baik. PokerPelangi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *