PokerPelangi – Perspektif Gender, Pada awal tahun 2019 lalu, Sandra Suryadana membuat gerakan sosial bertajuk Dokter Tanpa Stigma. Dokter muda ini ingin menciptakan medium baru untuk memberikan perspektif kesetaraan gender pada isu-isu sosial yang terjadi di Indonesia. Tentu saja semuanya dilakukan berdasarkan kacamata medisnya.
Perspektif Gender Sangat Penting di Dunia Medis
Mulai dari pengalamannya sebagai tenaga kesehatan, perjalanan @doktertanpastigma, keprihatinannya tentang stigma negatif kepada kelompok marjinal, sampai gentingnya pengesahan RUU PKS.
Berikut rangkuman hasil wawancara #AkuPerempuan bersama Sandra.
1. Dokter Tanpa Stigma lahir dari refleksi dan keprihatinan Sandra terhadap stigma negatif kepada kelompok marginal

Sudah dua tahun berlalu sejak awal lahirnya gerakan Dokter Tanpa Stigma. Saat ini, telah ada 7 ribu lebih pengikut pada akun Instagram-nya. Selama pandemik, gerakan sosial ini turut aktif menyuarakan isu-isu terkini melalui berbagai webinar, IG Live, serta podcast.
Sandra sendiri merasa bahwa perkembangan teknologi sangat membantunya tetap terkoneksi dengan orang lain selama self quarantine. “Aku medical consultant di divisi obgyn. Mulai join perusahaan ini sejak awal masa pandemik,” tuturnya.
Perspektif Gender Sangat Penting di Dunia Medis
Selain fokus pada pekerjaannya, Sandra masih membuat konten di @doktertanpastigma. Ia mengatakan, “Motivasi awal aku bikin Dokter Tanpa Stigma itu karena keprihatinan melihat banyak sekali stigma negatif kepada kelompok marginal. Yang justru datang dari tenaga medis itu sendiri.”
Sejak awal pembuatan akunnya, Sandra mengurus gerakan tersebut sendirian. Inspirasinya datang dari pengalaman pribadi dan refleksinya, tepatnya sebagai seorang penyintas kekerasan dalam hubungan pacaran dan dokter yang telah bekerja di berbagai daerah.
“Dengan aku praktik di banyak daerah, aku lihat bahwa isu kekerasan itu ternyata jamak terjadi pada para perempuan Indonesia. Jadi aku start dari isu kekerasan dulu dan aku sengaja bikin namanya Dokter Tanpa Stigma karena aku ingin kasih perspektif dari sisi kesehatannya,” ungkapnya.
Perspektif Gender Sangat Penting di Dunia Medis
“Jadi value yang diangkat sama Dokter Tanpa Stigma itu adalah anti-kekerasan, inklusivitas, dan kesetaraan,” ujarnya. Tiga hal tersebut dijadikannya pegangan selama dua tahun mengelola gerakan sosial ini. Yang paling utama, ia ingin menyuarakan beragam isu sosial dari kacamata medis.
Lebih lanjutnya ia menjelaskan, “Aku berharap Dokter Tanpa Stigma bisa jadi gerakan yang menjembatani tenaga medis dan pasien. Karena kadang masyarakat itu merasa tenaga medis eksklusif dan gak tersentuh, kecuali di ruang-ruang praktek.”
2. Kekerasan seksual juga bisa memengaruhi kondisi kesehatan korban dan penyintas, baik secara fisik maupun mental

Dalam pengamatan pribadinya, ia melihat sudah banyak tenaga kesehatan yang menyosialisasikan isu-isu medis untuk masyarakat.
“Isu-isu sosial yang ada di masyarakat itu juga sangat menyentuh isu kesehatan. Sangat bisa kok kita bahas dari sisi medisnya. Seperti kekerasan, bullying, isu kelas, sampai hukum dan politik,” ujarnya.
Perspektif Gender Sangat Penting di Dunia Medis
Permasalahan ini bisa memengaruhi aspek kesehatan korban dan penyintas, baik secara fisik maupun mental.
Selain itu, ia juga menekankan bahwa kekerasan seksual bukan hanya soal penetrasi penis ke vagina saja. “Banyak sekali yang bisa sampai berakhir ke kematian juga,” katanya.
Itu butuh pemahaman lebih lagi. Karena dari aspek kesehatan, risiko kesehatannya bisa berbeda.”
Perspektif Gender Sangat Penting di Dunia Medis
Perempuan berusia 33 tahun ini juga mengatakan bahwa tugas para petugas kesehatan tak hanya merawat luka korban atau membuat visum saja. Untuk bisa memberikan pelayanan terbaik kepada pasien, mereka juga harus melihat situasi tersebut dari perspektif korban.
“Kita harus perhatikan juga proses visumnya. Jangan sampai pemeriksaan itu membuat korban lebih trauma lagi,” tuturnya.
3. Perjalanannya sebagai dokter di berbagai daerah, banyak mengajari Sandra tentang makna kehidupan

Menjadi seorang dokter sebenarnya bukan cita-cita masa kecil Sandra. Namun, setelah ia dinyatakan lolos masuk Fakultas Kedokteran di Universitas Airlangga, ia merasa ini sudah suratan takdir yang harus dilaluinya. “Sampai sekarang masih belum banting setir, aku sudah 10 tahun jadi dokter,” ujarnya seraya tersenyum.
Setelah lulus dari kuliah, Sandra mendaftar program dokter PTT (Pegawai Tidak Tetap) dan mendapat penugasan di Teluk Bintuni, Papua Barat. Ia bekerja selama 1 tahun 3 bulan sebagai dokter umum di RSUD dan Puskesmas di sana.
“Di Papua sangat berkesan karena itu pengalaman pertama merantau jauh dari Pulau Jawa.
Perspektif Gender Sangat Penting di Dunia Medis
Perempuan berkacamata ini menemukan banyak makna kehidupan selama perjalanan merantau ke timur Indonesia. “Aku belajar bagaimana bisa menghargai hal-hal kecil yang selama ini I take for granted. Aku belajar manajemen diri, mengendalikan emosi, sampai mengurutkan prioritas,” sebutnya.
Selama bekerja di sana, Sandra juga menemukan banyak sekali kasus kekerasan yang menimpa perempuan. Dalam rentang waktu mingguan, ada satu kasus yang terjadi. Dahulu, ia merasa para tenaga medis banyak menanggapi kejadian tersebut dengan mempertanyakan mengapa para korban tak cepat lepas dari kondisi itu.
Setelah pindah kerja, aku lihat ternyata stigma ini gak cuma ke perempuan saja, tapi juga tokoh marginal lainnya,” ucapnya.
4. “Stigma berkembang jadi diskriminasi itu berawal dari kurangnya informasi. Jadi, edukasi adalah kunci dari permasalahan ini,” ujar Sandra

Bagi Sandra, ada banyak masalah sosial yang berakar dari kurangnya pemahaman tentang edukasi seksual. Ada juga tradisi-tradisi yang memosisikan perempuan sebagai makhluk yang kurang berdaya atau warga kelas dua.
“Paling nyata kan dari budaya patriarki. Tapi, juga ada budaya yang menabukan seksualitas.
Salah satu kekeliruan utama dari permasalahan ini adalah anggapan sex education mengajarkan cara berhubungan seksual.
Ada pun topik edukasi seksual itu meliputi materi tentang pengenalan diri. Dengan belajar tentang anggota tubuh, termasuk juga organ reproduksi. Pembelajaran ini juga mengajari anak-anak tentang bagaimana cara merawat tubuh dan menjaga kesehatannya.
Atau, membuat mereka gak nyaman. Gimana sih cara mencari pertolongan dan menghadapi orang yang melecehkan atau melakukan kekerasan seksual,” tutur Sandra.
Dokter kelahiran 1987 ini juga membahas bahwa materi edukasi seksual itu juga akan menambah wawasan anak-anak tentang cara memilah informasi di internet. Sekaligus, mencari pertolongan ketika ada yang melakukan kekerasan seksual secara online.
“Karena bagaimana pun, stigma kemudian berkembang jadi diskriminasi itu kan berawalnya dari kurangnya informasi. Jadi, pengetahuan atau edukasi adalah kunci dari permasalahan ini,” celoteh Sandra.
Seperti yang sudah disinggung pada poin sebelumnya, Sandra juga menyoroti pentingnya memiliki perspektif kesetaraan gender bagi para tenaga kesehatan. “Kesetaraan bukan memberikan hal yang sama ke semua pihak, tapi kita harus bisa mengakomodir kebutuhan masing-masing pihak,” katanya.
Ia memulainya dari langkah-langkah kecil seperti saat ia membuat edukasi tentang menstruasi.
Karena menstruasi gak hanya terjadi pada perempuan, tapi juga gender lain. Sedangkan, ada juga perempuan yang gak menstruasi.”
5. Keputusan untuk bergabung dengan support group menjadi titik balik dari hidup Sandra

Sebagai seorang penyintas kekerasan dalam berpacaran, Sandra sempat mengikuti berbagai kegiatan untuk memulihkan rasa traumanya. Mulai dari psychotherapy, meditasi, retreat, art therapy, dan journaling. Selain itu, ia masuk ke komunitas “Save Janda”.
Dari sana, ia berkenalan dengan Alimah Fauzan, seorang founder dari komunitas Perempuan Berkisah. Mulai dari belajar banyak tentang dunia feminisme, memulihkan luka trauma di masa lalu, hingga mengenal banyak figur perempuan hebat.
Sandra menyatakan, “Gak ada yang instan dan harus komit dari diri sendiri. Akhirnya, aku ketemu Perempuan Berkisah dan cocok di bidang tulis menulis. Tapi, gak semua orang semulus aku juga jalan pemulihannya. Yang penting, jalanin aja dan jangan menyerah.”
Bersamaan dengan keputusannya untuk masuk ke lingkaran support group, ia juga membuat akun Dokter Tanpa Stigma. “Mungkin orang lihat gerakan itu mengedukasi masyarakat, tapi sebenarnya aku yang dapat banyak pembelajaran,” ujarnya.
Selama mengelola akun tersebut, ia mempelajari hal-hal teknis yang berhubungan dengan pengelolaan media sosial.
“Karena terus terang saja, 6 tahun sekolah kedokteran ternyata juga gak bisa mempelajari semuanya. Banyak yang masih belum aku ketahui, jadi aku harus banyak belajar,” tuturnya.
6. Mendukung dan mengawal pengesahan RUU PKS menjadi salah satu PR bersama yang harus diperjuangkan oleh setiap orang

Melonjaknya kasus kekerasan seksual di tengah pandemik, bagi Sandra adalah bagian dari kesadaran meluas tentang apa yang sudah terjadi selama ini. “Angka kekerasan memang naik, tapi kurangnya resources untuk menghadapi kasus ini juga makin terlihat,” katanya.
Menurutnya, salah satu strategi utama untuk membenahi kasus kekerasan seksual adalah dengan mendukung dan mengkawal gerakan pengesahan Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS).
Sembari menunggu proses pengesahan, Sandra juga menyarankan kepada teman-teman generasi muda untuk membangun komunitas yang sesuai dengan isu yang menjadi keprihatinan mereka.
“Kalau semua masyarakat sepakat bahwa ini sudah darurat, seharusnya kita ramai-ramai dukung RUU PKS.
Terutama, kasus-kasus kekerasan seksual yang masih belum mendapat keadilan dan gak bisa mendapatkan pendampingan yang cukup.
Ia menambahkan, “Jadi, kalau menurutku, masyarakat dan pemangku kepentingan harus bisa menyadari gentingnya RUU PKS.
Dengan upaya tersebut, baginya, semua orang akhirnya bisa melihat permasalahan dengan lebih luas dan bergerak lebih besar.
Artinya, minimal masyarakat tahu apa saja sih yang masuk ke dalam kategori kekerasan seksual dan apa yang negara bisa perbuat tentang itu.”
7. Kasus kekerasan seksual dapat menimpa siapa saja. Oleh karena itu, ada juga situasi dan kondisi yang rentan terjadi kepada para tenaga kesehatan

“Di RUU PKS itu ada pasal-pasal tentang pendampingan korban. Salah satunya, pendampingan medis. Seperti layanan kesehatan untuk korban kekerasan seksual,” ujar Sandra.
Yang sering luput dari perhatian khalayak adalah kenyataan bahwa korban kekerasan seksual bukan hanya kaum perempuan saja. Tapi, juga bisa menimpa gender lain. Bahkan, kekerasan seksual juga bisa terjadi pada setiap lini profesi, termasuk tenaga kesehatan.
“Semuanya sebenarnya bisa menjadi korban juga. Tapi di seluruh dunia, mayoritas korbannya lebih banyak perempuan atau gender lainnya, selain laki-laki. Itu udah dari data deh,” tuturnya. Di kalangan medis, isu ini rentan terjadi akibat hierarki, ketimpangan persentase antara pekerja laki-laki dan perempuan, serta jenjang profesi yang tinggi.
Sandra mengungkapkan, “Dengan jenjang yang sepanjang itu, tentu ketimpangan relasi kuasanya potensinya besar sekali.” Selain itu, juga ada kondisi-kondisi khusus yang membuat para tenaga kesehatan perempuan jadi lebih rentan, seperti shift kerja malam hari sampai penugasan di area terpencil.
“Kalau bidan-bidan di daerah pelosok, bisa dapat rumah dinas yang gak layak sama sekali. Di mana dia teriak aja gak ada yang denger. Jadi sebenarnya banyak sekali potensi kekerasan bisa terjadi,” kata Sandra.
8. Bagi Sandra, setiap perempuan hebat memiliki pengalaman serta kekuatannya masing-masing

Ada banyak figur perempuan hebat yang menginspirasi perjalanan hidup seorang Sandra Suryadana. Hobinya dalam membaca buku biografi telah mengenalkannya kepada berbagai tokoh perempuan legendaris di dunia.
Di tanah air sendiri, ia juga mengidolakan berbagai sosok ternama seperti Susi Pudjiastuti, Tri Rismaharini, Retno Marsudi, Sri Mulyani, dan Butet Manurung.
Selain nama-nama tersebut, Sandra juga bertemu dengan banyak perempuan hebat yang mungkin namanya belum dikenal publik. “Tapi, aku gak mau membatasi diri. Semua orang yang mungkin belum dikenal, sebenarnya kan punya pembelajaran sendiri dan itu bisa jadi inspirasi harian juga,” katanya.
Keunikan tersebut lahir dari perbedaan pengalaman, kekuatan, sampai resources yang dimiliki oleh masing-masing perempuan. Sebagai perempuan millennial, Sandra pun menitipkan pesan untuk para perempuan yang satu generasi dengannya.
Ia bilang, “Aku berharap teman-teman terus semangat dan berani untuk belajar dan bergerak untuk bisa menjadi manfaat buat siapa pun. Baik buat diri sendiri maupun untuk orang-orang sekitar.”
Itu dia rangkuman wawancara #AkuPerempuan dengan Sandra Suryadana. Semoga perjalanan dan refleksi kehidupan dari dokter muda ini juga bisa menginspirasimu, ya! PokerPelangi
BACA JUGA : Tanda Pasangan Tidak Menghormatimu, Baca Ini!
POPULER
KESEHATAN
Ketiak Kamu Hitam? Obati Dengan Cara Ini!
BERITA UNIK
Daftarkan Domba Miliknya ke Sekolah Dasar
BERITA UNIK
4 Makanan Unik Dan Viral Di Jepang
BERITA UNIK
lelaki Ini Minum Air Lewat Hidung dan Keluar Dari Mata
KESEHATAN
6 Manfaat Dari Rutin Mengonsumsi Lengkuas
BERITA UNIK
10 Minuman Beralkohol Termahal Di Dunia
ADUQ
Ini 6 Alasan Kamu Perlu Terjun ke Ranah Podcast
KESEHATAN
Diet Sehat Untuk Menurunkan Berat Badan
BERITA UNIK
Ini Asal Usul Martabak Di Indonesia
BERITA UNIK
Pekerjaan Unik yang Bergaji Besar, Salah Satunya Pengumpul Urin Rusa
INFO WITHDRAW
Kemenangan Yang Besar Hanya Di POKERPELANGI
TIPS & TRICKS
Diet Air Putih Ini Jadi Viral
BERITA UNIK
Di Negara ini Bisa Beli Istri