Dalam dunia medis, fenomena ketindihan disebut sleep paralysis atau kelumpuhan tidur. Bagaimana cara mencegahnya?

Fakta soal Ketindihan dan Cara Pencegahannya. Sebagian orang yang pernah merasakan ini. Pernahkah Anda merasa sudah bangun tidur dan membuka mata, lalu tubuh mendadak tidak bisa digerakkan? Atau ada sensasi aneh seperti sesuatu yang menindih tubuh?. menyebut kondisi tersebut dengan ketindihan. Beberapa di antaranya bahkan meyakini itu semacam dari gangguan makhluk astral.

Faktanya, hal itu sama sekali tidak berkaitan dengan sesuatu yang horor seperti yang banyak berkembang di tengah masyarakat.

Dalam dunia medis, fenomena ini disebut sleep paralysis atau kelumpuhan tidur.

Psikolog klinis, Jade Wu, menggambarkan kelumpuhan tidur sebagai gangguan atau gejala gangguan tidur yang sementara mengubah mobilitas, persepsi, pemikiran dan keadaan emosional selama transisi antara tidur dan bangun.

“Kata ‘lumpuh’ yang jadi bagian dari kelumpuhan tidur sebenarnya terjadi tiap malam saat Anda tidur selama tidur rapid eye movement (REM),” tulis Wu dalam sebuah artikel di Psychology Today.

Momen REM ini biasanya mengambil porsi 20-25 persen total waktu tidur. Selama REM, otak cukup aktif seperti saat Anda dalam kondisi terbangun. Ini juga momen di mana biasanya mimpi muncul. Saat REM, tubuh tidak bergerak tapi sebaliknya dengan mata.

Oleh karenanya, tiap malam ada batas antara kesadaran dan tidur jadi tipis. Tiba-tiba Anda terbangun dan tidak berdaya, berhalusinasi juga memproses emosi.

Terkadang, kondisi ini ditambah dengan jantung berdetak lebih cepat. Tidak heran orang menerjemahkan pengalaman ketindihan itu sebagai gangguan makhluk astral.

Lalu bagaimana cara mencegah ketindihan?

Fakta soal Ketindihan dan Cara Pencegahannya. namun jika bukan ini masalah Anda, ada beberapa langkah untuk mencegah ketindihan.

1. Jam tidur-bangun konsisten

Ketindihan cenderung terjadi saat jadwal tidur Anda terganggu. Wu menyarankan untuk memulai dengan mengambil waktu bangun konsisten termasuk di akhir pekan dan atur alarm.

Usahakan tetap bangun meski malamnya Anda kurang tidur dan sebaiknya beranjak tidur saat sudah merasa lelah.

“Setelah beberapa hari atau minggu konsisten dengan waktu bangun tidur, tubuh Anda akan beradaptasi dan membuat Anda merasa siap untuk tidur di jam yang sama tiap malam,” paparnya.

2. Relaksasi dan meditasi

Dalam riset yang diterbitkan Frontiers in Psychology pada 2016, relaksasi bisa mengurangi sleep paralysis atau ketindihan. Simpulan didapat berdasar ide bahwa ketindihan dan gejala panik membentuk semacam ‘lingkaran setan’.

Teknik ini termasuk fokus pada memori-memori positif selama episode ketindihan sehingga dapat membuat otot rileks.

Lihat juga: Penyakit Jantung Perlu Dietahui

3. Cek pengobatan yang dijalani

Beberapa pengobatan bisa merusak REM termasuk obat antidepresan juga obat-obatan untuk insomnia. Jika memungkinkan, konsultasikan pada dokter terkait pengobatan ini. Selain pengobatan, minimalisir konsumsi alkohol. Alkohol juga berpotensi mengganggu REM.

4. Cognitive behavioral therapy (CBT)

“Jika Anda sering mengalami kelumpuhan tidur tetapi Anda tidak selalu mengalami gangguan tidur, narkolepsi, atau konsumsi obat-obatan yang mengganggu REM, Anda mungkin mengalami kelumpuhan tidur terisolasi berulang (RISP),” papar Wu.

“Sederhananya, ini berarti Anda mengalami kelumpuhan tidur lebih sering dari yang seharusnya, dan tidak ada alasan yang jelas untuk itu.”

Dia pun menyarankan untuk berkonsultasi agar memperoleh cognitive behavioral therapy (CBT). CBT akan meliputi latihan relaksasi, kemampuan untuk menghadapi halusinasi, dan cara sehat untuk melihat pengalaman ketindihan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *