Akibat Resistensi Antibiotik – Saat pertama kali di temukan hingga saat ini, antibiotik telah berhasil mengobati dan mencegah penularan penyakit infeksi. Antibiotik yaitu obat yang di gunakan untuk melawan kuman penyakit yang menginfeksi tubuh. Kuman ini bisa berupa bakteri, jamur, virus, dan parasit. Namun, seiring pemakaian antibiotik yang sering dan cenderung tidak bijaksana, populasi kuman penyakit yang resisten pun semakin banyak.

Resistensi antibiotik saat ini mengancam manusia di berbagai belahan dunia. Resistensi ini terjadi ketika kuman penyakit mampu bertahan dan jadi kebal setelah terpapar antibiotik. Akibatnya, infeksi yang dulunya mudah di sembuhkan dengan terapi antibiotik, kini semakin sulit di sembuhkan dan bahkan bisa menyebabkan kematian. Berikut ini adalah 5 penyakit menular yang semakin membahayakan manusia akibat resistensi antibiotik.

1. Tuberculosis (TBC)

Akibat Resistensi Antibiotik, 5 Penyakit Ini Jadi Lebih Mematikan

Tuberculosis (TB) yaitu penyakit akibat infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini mudah menular dan umumnya di tandai dengan batuk selama berminggu-minggu, sesak napas, dan berat badan yang menurun. Selain menyerang paru-paru, kuman TB juga bisa menyerang tulang, usus, selaput otak dan kelenjar getah bening.

Infeksi TB bisa di sembuhkan dengan terapi obat antibiotik kombinasi selama 6 bulan. Namun, akibat banyak penderita TB yang tidak menyelesaikan terapi, kuman TB pun berkembang menjadi resisten terhadap obat tersebut. TB yang resisten ini disebut sebagai Multidrug-resistant TB (MDR-TB) dan yang lebih parah Extensively drug-resistant TB (XDR-TB).

Menurut data WHO, pada tahun 2016 di perkirakan jumlah penderita MDR-TB mencapai 490.000 jiwa dengan 6,2% di antaranya adalah XDR-TB. Pengobatan kedua jenis TB ini membutuhkan waktu lebih lama, setidaknya 9-12 bulan dengan biaya yang sangat mahal. Tidak hanya itu, seseorang yang menjalani pengobatan TB resisten juga berisiko terkena efek samping obat yang berbahaya bagi tubuh. AgenBandarQ

2. Malaria

Akibat Resistensi Antibiotik, 5 Penyakit Ini Jadi Lebih Mematikan

Malaria di sebabkan oleh parasit Plasmodium yang menular melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.Gejala utama malaria yaitu demam, menggigil, di sertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot.Terdapat 5 jenis Plasmodium yang bisa menyebabkan malaria, namun yang paling berbahaya adalah Plasmodium falciparum yang bisa menyebabkan kematian dalam 24 jam bila tidak segera diobati.

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, hingga akhir 2017 terdapat 261.671 kasus malaria di Indonesia yang 100 di antaranya meninggal dunia. Paling banyak penderita berasal dari daerah timur Indonesia seperti Papua dan NTT. Wanita hamil dan anak-anak adalah mereka yang paling rentan tertular penyakit ini.

Pada Juli 2016, WHO menemukan malaria P. falciparum yang resisten terhadap terapi antibiotik artemisinin combination therapies (ACT) di 5 negara, yaitu Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand dan Vietnam. Tidak hanya pada ACT, di perbatasan Kamboja dan Thailand bahkan di temukan P. falciparum yang resisten pada hampir semua jenis obat antimalaria. Para ahli mengkhawatirkan tersebarnya parasit resisten ini ke wilayah lain karena bisa mengancam kesehatan manusia di dunia.

3. HIV-AIDS

Akibat Resistensi Antibiotik, 5 Penyakit Ini Jadi Lebih Mematikan

HIV-AIDS masih menjadi penyakit paling di takuti di seluruh dunia. Hal ini karena virus HIV yang menyerang manusia tidak menimbulkan gejala saat masa awal infeksi hingga beberapa tahun kemudian. Virus yang dapat menyebar melalui cairan sperma, cairan vagina dan darah ini adalah salah satu penyakit menular yang menjadi perhatian WHO.

Kunci dari pengendalian penularan HIV ada pada obat antiretroviral (ART) yang di berikan pada penderita HIV. Obat ini tidak menyembuhkan HIV, tapi mampu menekan jumlah virus dalam darah dan mempertahankan sistem kekebalan tubuh penderitanya dalam jangka waktu cukup lama.

Sayangnya, pengendalian HIV ini terancam karena munculnya virus HIV yang resisten pada ART lini pertama. Di tahun 2010, di perkirakan 7% penderita HIV yang memulai terapi ART ternyata mengidap HIV yang resisten obat. Untuk memaksimalkan terapi dan mencegah penyebaran, di perlukan terapi dengan ART lini kedua dan ketiga yang harganya 3-18 kali lebih mahal. Hal ini tentu menjadi ancaman dan peringatan bagi semua organisasi kesehatan di dunia.

Baca Juga: Kaya Manfaat,Makanan Yang Baik Dikonsumsi Bersama Dengan Antibiotik

4. Gonore

Akibat Resistensi Antibiotik, 5 Penyakit Ini Jadi Lebih Mematikan

Setiap tahun di seluruh dunia di perkirakan 78 juta orang terinfeksi gonore atau kencing nanah. Gonore termasuk penyakit menular seksual yang bisa menyerang wanita maupun pria. Tidak hanya menginfeksi alat vital, bakteri Neisseria gonorrhoeae penyebab penyakit ini juga bisa menginfeksi organ lain seperti rektum, bahkan tenggorokan. Infeksi gonore bisa mengakibatkan komplikasi berupa kemandulan, radang pelvis, dan meningkatnya risiko tertular HIV.

Gonore terutama di tularkan melalui aktivitas seksual dan bisa diobati dengan terapi antibiotik. Sayangnya sejak tahun 2009-2014, WHO telah menemukan bakteri gonore yang resisten terhadap ciprofloxacin dan azithromycin yang merupakan antibiotik yang di gunakan untuk mengobati gonore. Saat ini di banyak negara, pengobatan gonore melibatkan salah satu antibiotik paling kuat yaitu extended-spectrum cephalosporins (ESC).

5. Pneumonia

Akibat Resistensi Antibiotik, 5 Penyakit Ini Jadi Lebih Mematikan

Pneumonia merupakan penyakit infeksi yang menyerang selaput pembungkus paru-paru. Akibat infeksi ini, selaput paru-paru terisi cairan atau nanah yang menyebabkan batuk, demam, menggigil dan kesulitan bernapas. Infeksi ini bisa di sebabkan oleh virus, bakteri maupun jamur dan umumnya menyerang anak-anak, lansia dan orang-orang dengan kekebalan tubuh yang lemah.

Tingkat keparahan pneumonia salah satunya tergantung pada jenis kuman yang menginfeksi. Salah satu bakteri penyebab pneumonia yang sangat berbahaya yaitu kuman Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) yang resisten terhadap berbagai jenis antibiotik. Staphylococcus aureus awalnya adalah bakteri yang umum di temukan di kulit dan area hidung manusia. Namun seiring meluasnya penggunaan antibiotik, bakteri ini berkembang menjadi MRSA dan menyebabkan penyakit pada manusia.

Untuk mengobati infeksi MRSA, di perlukan antibiotik alternatif yang cukup kuat. Selain itu, seseorang dengan infeksi MRSA harus di rawat di ruang isolasi rumah sakit agar tidak menularkannya kepada orang lain. Bila infeksi ini tidak bisa di lawan dengan antibotik, maka bisa berakibat menyebarnya infeksi di seluruh tubuh hingga mengakibatkan kematian.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *