PokerPelangi – Vaksin AstraZeneca, Pada Jumat (19/3) lalu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengesahkan izin untuk vaksin buatan Inggris-Swedia, AstraZeneca-Oxford, untuk digunakan dalam program vaksinasi nasional penyakit virus corona baru (COVID-19).

Namun, di hari yang sama, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa haram untuk AstraZeneca. Tapi seperti apa kenyataannya? Baca selengkapnya di sini!

1. Bahan aktif vaksin AstraZeneca, tanpa babi!

Vaksin AstraZeneca

Pertanyaannya, apakah betul vaksin AstraZeneca mengandung tripsin? Pertama, kita perlu mengenal bahan-bahan aktif pada vaksin AstraZeneca. Berikut adalah bahan-bahan aktif dalam vaksin tersebut (kandungan hasil akhir vaksin yang akan masuk ke tubuh kita):

  • Zat pengemulsi: untuk menjaga bahan berbahan air dan minyak tetap menyatu. AstraZeneca gunakan polysorbate 80
  • Bahan pengawet: untuk menjaga vaksin tetap terjaga kualitasnya selama jangka waktu tertentu. Asam amino: untuk meningkatkan khasiat bahan aktif. AstraZeneca menggunakan L-histidine dan L-histidine hydrochloride monohydrate
  • Gula/sukrosa: agar molekul tidak hancur saat proses produksi
  • Garam: untuk menyeimbangkan kadar keasaman dalam larutan vaksin sehingga lebih stabil untuk penyimpanan dan kompatibel dengan jaringan tubuh lokasi penyuntikan. AstraZeneca gunakan sodium chloride dan magnesium chloride hexahydrate 

Vaksin ini kemudian akan memicu sistem imun untuk menciptakan antibodi melawan virus-virus yang tak mampu menginfeksi tersebut.

Vaksin AstraZeneca

Dalam daftar bahan aktif di hasil akhir vaksin tidak ada tripsin? Memang. Lewat pernyataan resminya, AstraZeneca membantah pernyataan MUI bahwa AstraZeneca mengandung bahan hewani pada vaksinnya.

Penting untuk dicatat bahwa vaksin COVID-19 AstraZeneca, merupakan vaksin vektor virus yang tidak mengandung produk berasal dari hewan, seperti yang telah dikonfirmasi oleh Badan Otoritas Produk Obat dan Kesehatan Inggris,” menurut keterangan tertulis dari PT AstraZeneca Indonesia, Minggu (21/3/2021).

2. Metode pengembangan vaksin AstraZeneca

Vaksin AstraZeneca

Dalam kurun 10 bulan, para ilmuwan di Oxford University, Inggris, berpacu melawan waktu untuk memformulasikan vaksin COVID-19 yang baru muncul di akhir 2019 lalu.

Vaksin AstraZeneca

Langkah ini terus diulang untuk memanen lebih banyak partikel vaksin Adenovirus yang kemudian di tambahkan ke sel manusia yang dimodifikasi. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan stok vaksin steril.

3. Uji klinis vaksin AstraZeneca

Setelahnya, ilmuwan Oxford University melakukan uji klinis vaksin di Inggris dan berbagai negara dunia, termasuk Brasil, Afrika Selatan, AS, Argentina, Chile, Kolombia, dan Peru. Agar dosis vaksin cukup, bahan awal dikirimkan ke pabrik vaksin di lokasi uji klinis.

Kemudian, peserta yang mendaftar uji klinis dibagi menjadi dua kelompok:

  • Vaksin Oxford: Dua dosis penuh yang dibagi dalam jeda 4 minggu atau satu bulan
  • Vaksin kontrol: Setengah dosis lalu satu dosis penuh dalam jeda 4 minggu atau satu bulan

Peneliti kemudian mengambil sampel darah dari para peserta untuk memantau respons imun terhadap vaksin selama periode antara 12-18 bulan. Tujuannya adalah untuk melihat apakah kelompok vaksin Oxford atau vaksin kontrol yang tidak merespons vaksin dengan baik.

Hasilnya, pada November, uji klinis sementara Oxford University menunjukkan tingkat efikasi setinggi 62 persen pada kelompok dua suntikan penuh. Menariknya, kelompok setengah dosis menunjukkan efikasi 90 persen. Para peneliti masih mencari tahu mengenai fenomena ini.

4. Cara kerja vaksin AstraZeneca

Vaksin AstraZeneca-Oxford mengirimkan kode genetik protein spikeSARS-CoV-2 berupa DNA ke sel manusia.

Saat masuk ke dalam sel, vaksin memproduksi protein spike, sehingga memicu respons sistem imun yang melepaskan antibodi dan sel T sebagai mekanisme pertahanan diri. Dengan begitu, saat tubuh menemukan protein spike SARS-CoV-2, tubuh bisa mengenalinya dan mencegah infeksi.

5. Efektivitas vaksin AstraZeneca

Riset terbaru menunjukkan bahwa vaksin AstraZeneca-Oxford 76 persen efektif di dosis pertama dan meningkat hingga 82 persen di dosis ke-2.

Kabar baik lainnya, sejauh ini AstraZeneca terbukti menanggulangi COVID-19 secara efektif, dari usia 18-64 tahun hingga di atas 65 tahun! Pasalnya, penerima vaksin AstraZeneca-Oxford terbukti lebih kebal terhadap SARS-CoV-2, sehingga tidak perlu ke rumah sakit atau menunjukkan gejala berat COVID-19.

Untuk varian 501.V2 dengan gejala ringan, penelitian menunjukkan vaksin AstraZeneca masih ampuh. Seiring varian baru muncul, AstraZeneca-Oxford terus memodifikasi vaksin juga.

Vaksin AstraZeneca berisi antigen Spike dari virus SARS-CoV-2 yang dibawa oleh virus Adenovirus (virus yang tidak ganas). Jadi lebih murni diharapkan memberikan antibodi yang lebih tinggi. ” — pernyataan Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, Sp.A(K) saat dihubungi IDN Times.

6. Mengenai kabar pembekuan darah dan anaphylaxis akibat vaksin AstraZeneca

Baru-baru ini, muncul kabar bahwa vaksin AstraZeneca-Oxford dapat menyebabkan pembekuan darah akut pada otak atau trombosis sinus vena serebri (CSVT).

Di Inggris, dari 11 juta penerima vaksin, 5 orang menderita CSVT dan hanya 1 yang fatal.

Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) memang menerima 13 laporan CSVT. Tinjauan dari EMA pun menyatakan kepercayaan maksimal terhadap keamanan dan khasiat vaksin AstraZeneca-Oxford.

Untuk mencegah kasus CSVT, penyelenggara vaksin harus terus memantau situasi. Apabila ada gejala seperti memar abnormal pada kepala dan sakit kepala yang membandel setelah vaksinasi, segera lakukan pemeriksaan medis untuk mencegah kemungkinan terburuk.

Reaksi alergi pada vaksin AstraZeneca-Oxford amat jarang, namun bisa terjadi. Menurut laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), reaksi alergi parah atau anafilaksis jarang terjadi, hanya 11,1 kasus per satu juta dosis vaksin dan 80 persennya terjadi pada penerima vaksin dengan riwayat alergi.

Terutama, bila mereka memiliki salah satu dari riwayat alergi berikut:

  • Anafilaksis terhadap dosis sebelumnya dari vaksin COVID-19 yang sama
  • Anafilaksis setelah terpapar bahan apa pun dari vaksin COVID-19.

Namun, pastikan tim medis mengetahui riwayat anafilaksismu. Tidak perlu panik! PokerPelangi

BACA JUGA : Ampuh Obati Perut Kembung, Bisa Dengan Kunyit

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *