POKERPELANGI Cara Kota Surabaya Bicara persoalan sampah, salah satu di Jawa Timur itu memang bisa jadi panduan. Kota , sudah selesai mengatasi sampah bersama warganya.

Kini, pengelolaan sampah di Surabaya tidak hanya dilakukan oleh Pemkot Surabaya. Peran aktif masyarakat dalam lingkungan, membantu mengatasi persoalan sampah di kota berjuluk Kota Pahlawan ini.

Salah satu contohnya dilakukan oleh Risnani Pudji R, warga Kelurahan/Kecamatan Jambangan, Surabaya. Wanita penggagas kampung wisata di kawasan Jambangan ini mengakui, bukan hal yang mudah untuk mengubah cara pandang masyarakat dalam hal sampah.

Apalagi, berurusan dengan sampah selalu diidentikkan dengan persoalan bau, kotor dan menjijikan. “Kami mengawali destinasi kampung wisata ini sejak 2003 lalu. Mkerangkul masyarakat untuk mengubah perilaku dalam hal sampah,” ungkapnya, Jumat (2/8).

Agar lebih mudah mensosialisasikan pengelolaan sampah ke masyarakat, dia mengaku memiliki strategi tersendiri. Yakni, mendekati para ibu-ibu melalui kegiatan PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga).

Hingga kemudian pada 2005, pihaknya berhasil mengajak masyarakat untuk mengelola sampah di lingkungan sekitar. Namun, pengelolaan sampah itu masih hanya sebatas mengumpulkan lalu dijual begitu saja.

Belum ada konsep, waktu itu, untuk mengelola sampah organik maupun an organik menjadi sebuah produk yang lebih bernilai. “Waktu itu ya hanya sekedar dikumpulkan dan dijual saja,” tambahnya.

Namun lama kelamaan, konsep pengelolaan sampah mulai berubah. Dari yang awalnya hanya sekedar mengumpulkan dan dijual, kini bisa menjadi lebih baik.

Sampah dikumpulkan di bank sampah lebih dulu. Dari bank sampah kemudian sampah dipilah dan dipilih. Sampah organik dijadikan pupuk kompos, sedangkan sampah an organik seperti plastik, botol bekas dan lain sebagainya, didaur ulang menjadi produk lain yang lebih bernilai.

“5 sampai 10 tahun lalu sulit mengajak orang untuk sadar terhadap lingkungan, utamanya sampah. Namun, kini sudah semakin lebih baik. Orang sekarang bisa menabung sampah untuk diuangkan. Pokoknya, semua sampah yang bisa dimanfaatkan, kita manfaatkan secara maksimal,” tegasnya.

Lantas, berapa uang yang dihasilkan dari bank sampah ini, Riris, sapaan akrabnya mengaku setiap bank sampah di tingkat Rukun Tetangga (RT) bisa berbeda. Ia mencontohkan, untuk RT nya saja, bisa menghasilkan uang Rp 2 juta pertahunnya. Angka ini terbilang sedikit, lantaran jumlah kepala keluarga yang ada di lingkungannya hanya berjumlah 50 saja.

“Itu sudah lumayan, karena hasilnya bisa dimanfaatkan untuk rekreasi bersama warga,” katanya. AGEN BANDARQ

Tidak hanya bank sampah yang menjadi andalannya, namun pengelolaan air limbah melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Selama ini, limbah air got (saluran air) telah diolah menjadi air bersih melalui IPAL.

Selain pengelolaan air limbah, sampah an organik juga menjadi fokusnya kini. Utamanya, sampah-sampah yang dapat diolah menjadi produk yang dapat dipakai kembali.

Ia mencontohkan, sampah plastik atau botol plastik bekas, dapat digunakannya untuk produk kebutuhan rumah tangga, seperti tas, tempat sampah, dan lain sebagainya.

Tidak hanya tambahan penghasilan yang didapat oleh warga, namun lingkungan yang bersih dan indah juga dinikmati oleh kawasan kampung wisata ini.

Untuk mendukung kawasan tersebut tetap bersih dan indah, setiap tempat dititik tertentu diberikan tempat sampah yang sudah terklasifikasi. Seperti tempat sampah untuk sampah basah dan kering atau organik non organik.

“Itu untuk mempermudah pemilahan sampah saja. Sehingga juga akan mempercepat saat pengelolaan sampah nanti,” tambahnya.

Lantas bagaimana persoalan sampah sekarang di lingkungan tersebut, Riris mengakui, sudah tidak ada lagi masalah sampah. Masyarakat sudah sadar dan sangat menjaga lingkungan di sekitarnya.

Bahkan, warga sudah bisa membangun sebuah taman di dalam kampung, yang sangat representatif untuk anak-anak. Kampung wisata Jambangan, kini jadi kebanggaan warga Jambangan.

Mengatasi 1.100 Ton Sampah per Hari

Terhitung sejak 2005 lalu, Surabaya sudah mulai menyatakan perang dengan sampah. Pengelolaan sampah secara besar-besaran pun dilakukan Pemerintah dengan melibatkan seluruh warga Surabaya.

Plt Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Pemkot Surabaya, Eri Cahyadi, menjelaskan sejak 2005 lalu pihaknya sudah melakukan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah.

Pemkot memberikan pengertian pada masyarakat agar dapat memahami jika bergelut dengan sampah itu tidak hanya melulu soal barang yang kotor. Namun, jika dikelola dengan baik, sampah akan menghasilkan Rupiah.

“Dari sini lah kemudian kita memunculkan yang namanya kader lingkungan. Para kader lingkungan ini lah yang nantinya memberikan edukasi pada masyarakat terkait dengan sadar lingkungan dan persoalan sampah,” ujarnya, Jumat (2/7).

Ia menambahkan, setelah terbentuk kader lingkungan, pihaknya juga mulai membentuk bank-bank sampah. Bank sampah ini berfungsi sebagai tempat untuk menampung sampah-sampah an organik yang kemudian bisa dijual.

Selain bank sampah, pemkot juga memiliki tempat pengolahan sampah-reduce reuse recycle (TPS3R). Di tempat ini, sampah-sampah yang masuk akan dipilah dan dipilih untuk kemudian di daur ulang.

Sampah organik akan dijadikan pupuk kompos, sedangkan sampah an organik, seperti plastik dan lain sebagainya akan dipisahkan.

“Sampah nonorganik seperti plastik, kardus, besi dan lain sebagainya bisa dijual atau dimanfaatkan untuk yang lain,” tegasnya.

Ia menegaskan, jika semua sampah di Surabaya tidak akan langsung masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA) yang terletak di Benowo. Akan tetap, sebelum masuk ke TPA,

DIBACA JUGA : Wisata Di Garut Keindahannya Layak Buat Dikunjungi

sampah-sampah itu lebih dulu melewati tahap screening. Mulai dari masuk bak sampah, sampah akan melewati bank sampah atau TPS3R, kemudian baru masuk TPA.

“Kuncinya adalah edukasi pada masyarakat. Jadi kalau di Surabaya ini, masyarakatnya semakin banyak tapi sampahnya semakin sedikit,” katanya. POKER ONLINE

Ia menjelaskan, untuk sebesar Surabaya, jumlah sampah yang dihasilkan ada sekitar 1.100 ton perharinya. Bisa dibayangkan, jika ribuan ton sampah tersebut jika tak dikelola dengan baik, akan menumpuk dan menggunung di tempat sampah.

Angka ini, tambahnya, sudah terbilang menyusut. Sebab, pada tahun sebelum-sebelumnya, Surabaya bisa menghasilkan sampah hingga 1.400 ton perharinya.

“Pada 2004 sampah di Surabaya nasih 1.400 ton perharinya. Namun Alhamdulillah, angka itu terus menurun hingga satu tempat yang dulunya dipakai menjadi TPA, yakni di kawasan Keputih, kini sudah bisa ditutup dan dialih fungsikan menjadi taman,” ungkapnya.

Lalu, berapa jumlah anggaran khusus untuk pengelolaan sampah di Surabaya ini, pria yang juga menjabat sebagai Kepala Bappeko ini menyebut angka Rp 160 miliar pertahunnya. Angka tersebut memang dikhususkan hanya untuk Dinas Kebersihan saja.

Soal Wali Kota Tri Rismaharini yang menyebut angka Rp 30 miliar, pada saat adanya kunjungan dari DPRD DKI Jakarta beberapa waktu lalu, Eri menyebut tidak salah. Sebab, saat itu anggota DPRD DKI menanyakan mengenai anggaran yang ada di Dinas Lingkungan Hidup. Jika di Surabaya, Dinas Lingkungan Hidup terpisah dari Dinas Kebersihan.

Untuk Dinas Lingkungan Hidup, khusus menangani persoalan yang berkaitan dengan lingkungan hidup seperti masalah limbah. Sedangkan di Dinas Kebersihan, khusus menangani persoalan sampah.

“Waktu itu beliau memang ditanya berapa anggaran di LH (Dinas Lingkungan Hidup), ya dijawab beliau Rp 30 miliar, tidak salah. Mungkin, kalau di Jakarta sana masalah sampah yang menangani adalah LH,” jelasnya.

Pembentukan 23 Ribu Kader Lingkungan

Untuk mengatasi persoalan sampah, Pemkot Surabaya tidak berjalan sendiri. Namun, mereka menggandeng masyarakat untuk ikut berperan serta memberikan edukasi ke masyarakat, mengenai pentingnya pengelolaan sampah.

Plt Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Pemkot Surabaya, Eri Cahyadi mengatakan, hingga saat ini sudah terbentuk setidaknya 23 ribu lebih kader lingkungan yang ikut membantu memberikan edukasi soal sampah di Surabaya.

Para kader ini, berperan aktif untuk mengawasi dan mendorong masyarakat agar sadar lingkungan dan mengerti mengenai pemanfaatan sampah. Mereka bahkan bekerja tanpa perlu diperintah.

“Enggak perlu diobrak-obrak istilahnya. Mereka bekerja mengawasi lingkungannya masing-masing dan berperan aktif mendorong masyarakat untuk sadar lingkungan dan pemanfaatan sampah,” ungkapnya.

Kader lingkungan ini, tambahnya, diakui juga memanfaatkan para bumantik (ibu pemantau jentik) nyamuk. Selain mengawasi persolan jentik-jentik nyamuk, mereka secara otomatis juga akan melakukan pengawasan terhadap lingkungan sekitarnya, termasif masalah kebersihan maupun sampah.

“Kuncinya pokoknya diedukasi masyarakat. Mereka diberikan penyadaran mengenai pengelolaan sampah,” tegasnya.

Hingga saat ini, sampah-sampah yang ada di Surabaya sudah mulai berkurang tiap tahunnya. Dari angka 1.400 ton perharinya, kini sudah menyusut menjadi 1.100 ton perharinya.

Habisi Sampah dengan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah

Pengolahan sampah sebenarnya tidak berhenti pada masyarakat. Namun, saat sampah tiba di tempat pembuangan akhir (TPA), sampah -sampah tersebut masih terus dihabisi lagi, hingga tak tersisa atau menumpuk.

Caranya, sampah-sampah yang sudah tiba di pembuangan akhir, akan dimanfaatkan lagi. Yakni, dengan memanfaatkannya menjadi bahan bakar untuk Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTS). Surabaya, diakui oleh Plt Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Pemkot Surabaya, Eri Cahyadi, telah memiliki PLTS.

PLTS yang sudah berjalan dengan bahan bakar sampah ini, telah memproduksi atau menghasilkan listrik sebesar 2 Mega Watt. “Kita sudah memiliki PLTS yang memang memanfaatkan sampah sebagai bahan bakarnya. Untuk saat ini, masih menghasilkan 2 Mega Watt saja,” tukasnya.

Ia menambahkan, pada November depan, Pemkot telah berencana menambaj kapasitas produksi PLTS. Dari yang awalnya hanya mampu menghasilkan listrik sebesar 2 Mega Watt, akan ditingkatkan menjadi 11 Mega Watt.

Dengan bertambahnya kapasitas listrik ini, maka secara otomatis akan membutuhkan konsumsi bahan bakar dari sampah yang lebih banyak. Hal ini, diakuinya sekaligus akan dapat mempercepat proses ‘menghabisi’ sampah yang tertumpuk di TPA Benowo.

Ia bahkan menargetkan, tidak hanya sampah baru yang dapat menjadi bahan bakar. Namun, sampah-sampah lama juga akan ikut dihabisi, seiring dengan kebutuhan bahan bakar yang diperlukan untuk PLTS tersebut.

Dengan demikian, pihaknya yakin, jika sampah-sampah di TPA Benowo itu dapat dihabisi, maka target untuk menjadikan kawasan sampah tersebut menjadi taman, akan lebih mudah.

“Target kita memang menjadikan TPA Benowo sebagai taman, seperti halnya di TPA Keputih, yang kini sudah beralih fungsi menjadi taman. Sampah-sampah lama yang sudah tidak bisa diapa-apakan, akan kita matikan. Dan tamannya nanti bisa kita buat seperti terasering, jadi tidak hanya landai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *